Aku masih sibuk membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja belajar ketika Callysta datang dan mengagetkanku. Kedatangannya yang seperti hantu membuatku sangat terkejut.
“Ya ampun Kamila hari gini masih belajar?! Ini kan hari libur, waktunya jalan-jalan…” tanyanya heran. Aku hanya tersenyum simpul. Suasana baru di kelas baru juga teman-teman sekelas baru membuatku semakin bersemangat dalam belajar tak peduli itu kapan. Saking semangatnya membuatku lupa makan. Sebenarnya bukan perasaan itu yang membuat semangatku menggebu-gebu. Tapi karena kehadiran anak baru yang pintar itu yang membuatku takut tersisih dari peringkat satu yang selama ini selalu menghiasi raportku.
Dia adalah Virgo. Murid pindahan dari Jakarta. Seminggu menjadi murid baru di Sekolahku dia sudah terkenal karena kepintaran dan kegantengannya. Tak heran banyak yang mengaguminya terutama dari murid-murid cewek. Mungkin satu-satunya cewek yang tidak mengharapkan kehadirannya adalah aku.
Hari ini Callysta datang untuk mengundangku hadir di pesta Ultahnya besok malam. Dia juga tidak lupa mengundang anak baru itu.
“Jangan sampai lupa ya, pokoknya besok lo harus datang…!!” tegasnya padaku. Dia langsung pergi begitu saja tanpa memberiku kesempatan untuk menjawab.
Aku datang terlambat ke Pesta itu. Callysta sempat kesal padaku tapi aku tidak peduli terlebih disana ada Virgo. Sejak awal aku melihatnya aku sudah tidak senang. Dan ketidak senanganku bertambah saat dia mendapat nilai 1 angka lebih tinggi dariku. Terlebih dia menjadi sangat popular di sekolah. Aku merasa tidak bisa bernafas lagi.
Seperti biasa dia selalu tampil paling gagah dan paling keren. Dan seperti biasa dia selalu di kelilingi cewek-cewek manis dan cantik. Callysta pun tidak mau kalah untuk nimbrung di dekatnya. Hingga aku harus terpaksa melihat Virgo dari dekat saat aku memberikan kado Ultah pada Callysta.
“Thanks ya Mil… gw pikir lo ga datang…”. Aku hanya tersenyum simpul tanpa melihat ke arah Virgo yang berada di sampingnya. Malam ini Callysta begitu cantik dengan gaun Ultah yang sangat indah seperti gaun pengantin. Kehadiran Virgo di sampingnya membuatnya semakin tampak bersinar. Mereka terlihat sangat serasi.
Aku berjalan seorang diri sepulang dari Pesta yang membosankan itu. Betapa tidak? Hampir semua orang yang datang bersama pasangannya masing-masing. Hanya aku yang terlihat sendirian. Mau bergabung dengan Tasya gak enak dia bersama pacarnya takut ngeganggu. Mau bergabung dengan Regina, dia sedang sibuk dengan kenalan barunya. Dengan Callysta, ada si Virgo yang menyebalkan itu.
Langkahku terhenti sejenak ketika ingatanku kembali pada Virgo. Mengapa aku begitu tidak menyukainya? Padahal dia cukup baik dan ramah padaku. Apakah karena dia pernah mengalahkan nilaiku? Tapi itu kan Cuma sekali saja Karena di lain waktu aku tetap menjadi juara di semua pelajaran. Lantas apa yang membuatku muak padanya?!
Aku tak menyadari sebuah bayangan terus mengikutiku sejak aku keluar dari rumah Callysta. Langkahnya begitu hati-hati takut ketahuan. Perasaan tidak enak menjalar di sekujur tubuhku. Hari sudah larut dan ini adalah malam Jum’at.
MALAM JUM’AT?!! Tidak!! Buluk kudukku tiba-tiba meremang. Aku memang penakut, sangat penakut! Hiruk pikuk pesta membuatku lupa akan rasa takut ini. Rasa ini tiba-tiba hadir tepat pada saat aku berada di persimpangan jalan menuju rumahku. Dimana aku harus melewati pematangan sawah dan rimbunan pohon bambu yang memisahkan rumahku dengan jalan raya.
Aku begitu panik tak tahu harus bagaimana. Pulang kembali ke tempat Callysta rasanya tidak mungkin. Karena saat ini adalah acara dansa dengan pasangan masing-masing. Mungkin itu salah satu alasan kenapa aku memilih pulang lebih cepat. Sementara bayangan itu terasa lebih dekat, terasa berada tepat di belakangku. Dadaku berdegup kencang begitu hebatnya. Nafasku turun naik tidak teratur. SRAK!! Suara dahan kering terinjak menghentikan langkahku. Ku pasang tajam telingaku untuk menangkap suara sehalus mungkin. Dan ku tajamkan tatapan ku menembus kegelapan malam.
Tiba-tiba sesuatu melesat begitu cepat dari balik semak-semak dan itu membuat aku syock. Aku menjerit tidak karuan saking kagetnya. Tanpa melihat dengan jelas aku langsung berbalik arah dan ambil seribu langkah sampai langkahku terhenti dengan paksa saat aku menubruk seseorang yang sudah berdiri tepat di belakangku. Aku semakin menjerit sekeras mungkin saking takutnya. Penjahat atau hantukah? Yang jelas bayangan hitam yang terselubung kegelapan itu membekap mulutku dengan erat. Aku tak bisa mengenalinya meski nafas kami terasa dekat.
“Sssst…ini aku… Virgo.!!” Bisiknya memintaku untuk diam. Aku langsung lemas dan langsung terjatuh lunglai. Aku sedikit lega setelah mengenali suara itu. Meski tak bisa melihat wajahnya dengan jelas tapi aku yakin dia benar-benar Virgo. Tapi untuk apa dia berada disini? Bukankah dia sedang berdansa bersama Callysta?!!.
“Kamu jangan takut begitu, yang tadi Cuma tikus…” hiburnya sembari membantu aku berdiri. Tanpa sadar aku langsung memeluknya begitu erat seakan ingin menyalurkan rasa takut ku. Aku tak bisa melihat jelas bagaimana ekspresi wajah Virgo saat itu. Aku tidak peduli yang jelas aku ingin ada seseorang yang melindungiku. Aku menangis karena saking takutnya.
Ketika nafasku sudah teratur kembali aku tersentak kaget saat aku sadari aku menangis di dada laki-laki yang selama ini ku benci karena berusaha merebut tempatku sebagai juara sekolah.
“Nga…ngapain kamu disini!!” bentakku sembari melepaskan pelukan yang membuat wajahku panas. Tak bisa ku bayangkan semerah apa pipiku saat itu. Aku benar-benar malu pada diriku sendiri dan malam ini adalah malam yang paling buruk.
“Tadi aku lihat kamu pulang sendirian. Aku Cuma khawatir jadi aku ikutin kamu. Gak apa-apa kan…?!” jawabnya ramah seperti biasa. Khawatir??!! Dahiku sampai berkerut mendengarnya. Memangnya dia siapaku? Aku merasa wajahku terasa semakin panas dan jantung yang sudah kembali normal ini berdegup lebih kencang dari yang tadi.
“Boleh aku antar…?!” tawarnya
“Gak perlu, aku bisa pulang sendiri!! “ jawabku pedas sembari beranjak dari tempatku berdiri.
“Baiklah, sampai ketemu besok…” ujarnya tanpa memaksaku dan itu membuat langkahku terhenti. Ku lihat bayangan Virgo menjauh dari tempatku berdiri. Tiba-tiba bulu kudukku merinding lagi, Virgo meninggalkan aku sendirian di tempat sepi dan gelap seperti ini. Bagaimana kalau ada sesuatu yang melesat seperti tadi dan itu bukan tikus. Tidak!! Kepergian Virgo membuatku benar-benar merasa sendirian. Aku takut!! Langkahku bergerak sendiri mengejar Virgo.
Virgo mengantarkan aku pulang sampai ke depan pintu di sambut oleh mama. “ Tidak mampir dulu…?!”
“Terima kasih tante, kapan-kapan saja saya mampir…” jawabnya.
“Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya,…” seru mama sementara aku langsung menghambur ke kamar tidur dan membenamkan wajahku di atas bantal. Malam ini aku telah mempermalukan diriku 2x. Pertama tanpa sadar aku memeluk Virgo karena saking takutnya. Padahal dia adalah cowok yang tidak kusukai, yang kedua aku meminta diantar pulang padahal 2 menit sebelumnya aku menolak tawarannya mentah - mentah. Duuh… aku jadi malas berangkat sekolah besok. Ratapku dalam hati. Aku hanya berharap Virgo tidak menceritakan kejadian malam ini pada siapapun.
Kejadian malam itu telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Diam-diam aku menaruh hati padanya. Lagipula wanita mana yang tidak tertarik pada cowok seperti Virgo? Sudah baik, ramah, ganteng, pinter pula. Tapi kenapa aku baru menyadari hal itu sekarang? Tepat pada saat Virgo menjadi milik orang lain. Yaitu Callysta.
Mereka jadian di malam Ultah Callysta. Tapi malam itu juga Virgo menumbuhkan perasaan cinta di hatiku. Dan kini saat aku benar-benar mengaguminya aku benar-benar tak bisa menggapainya.
Callysta adalah temanku sejak kecil. Hubungan kami sudah seperti saudara dan diantara kami sudah tidak ada rahasia lagi. Dia selalu menceritakan daftar nama-nama cowok yang silih berganti berlabuh di hatinya. Dan kini Callysta menambah daftar baru dengan nama Virgo. Sialnya Virgo adalah cowok pertama yang mencuri hatiku.
Sejak awal Callysta tahu aku tidak menyukai Virgo jadi dia maklum kalau ekspresi wajahku berubah kecut kalau setiap kali dia menceritakan pengalaman baru dan serunya pacaran bersama cover boy sekolah itu. Tapi sebenarnya bukan karena aku benci pada Virgo, tapi perasaan cinta membuatku merasa marah dan tidak senang terhadap kemesraan Virgo dengan cewek lain meski itu dengan pacarnya sendiri. Mungkin ini yang namanya cemburu. Tapi aku tidak pantas untuk cemburu dan aku belum siap untuk merasakan cinta yang terasa sangat asing dalam hidupku.
“Kamila, Virgo itu sekarang udah jadi cowok gue, lo harus nerima dia sebagai teman lo juga, lagi pula Virgo itu baik…” ujar Callysta suatu hari.
Baik apanya?!! Laki-laki itu brengsek semua, termasuk dia, sudah berhasil memelukku berpaling pada yang lain. Umpatku dalam hati. Tapi sebenarnya aku yang memeluknya. Duh, aku sangat gusar, bagaimana kalau dia ceritakan hal ini pada Jeny atau pada teman cowoknya yang lain? Nanti apa kata mereka? Image ku bisa rusak seperti sampah. Selama ini aku di kenal sebagai cewek pintar, pendiam dan anti cowok. Apa jadinya kalau ternyata si anti cowok itu memeluk cowok yang terang-terangan di bencinya. Memalukan sekali. Rasanya aku ingin pindah sekolah dan tidak usah melihat Virgo lagi, juga tidak perlu mendengar cerita-cerita tentang hubungannya dengan Callysta yang begitu mesra.
Satu yang membuatku penasaran, mengapa di malam ultah Callysta itu Virgo bersikeras ingin mengantarku pulang, mengkhawatirkan ku, meninggalkan pesta itu untukku padahal dia sedang berdansa dengan cewek yang baru saja menjadi kekasihnya.
“Ya ampun Kamila hari gini masih belajar?! Ini kan hari libur, waktunya jalan-jalan…” tanyanya heran. Aku hanya tersenyum simpul. Suasana baru di kelas baru juga teman-teman sekelas baru membuatku semakin bersemangat dalam belajar tak peduli itu kapan. Saking semangatnya membuatku lupa makan. Sebenarnya bukan perasaan itu yang membuat semangatku menggebu-gebu. Tapi karena kehadiran anak baru yang pintar itu yang membuatku takut tersisih dari peringkat satu yang selama ini selalu menghiasi raportku.
Dia adalah Virgo. Murid pindahan dari Jakarta. Seminggu menjadi murid baru di Sekolahku dia sudah terkenal karena kepintaran dan kegantengannya. Tak heran banyak yang mengaguminya terutama dari murid-murid cewek. Mungkin satu-satunya cewek yang tidak mengharapkan kehadirannya adalah aku.
Hari ini Callysta datang untuk mengundangku hadir di pesta Ultahnya besok malam. Dia juga tidak lupa mengundang anak baru itu.
“Jangan sampai lupa ya, pokoknya besok lo harus datang…!!” tegasnya padaku. Dia langsung pergi begitu saja tanpa memberiku kesempatan untuk menjawab.
Aku datang terlambat ke Pesta itu. Callysta sempat kesal padaku tapi aku tidak peduli terlebih disana ada Virgo. Sejak awal aku melihatnya aku sudah tidak senang. Dan ketidak senanganku bertambah saat dia mendapat nilai 1 angka lebih tinggi dariku. Terlebih dia menjadi sangat popular di sekolah. Aku merasa tidak bisa bernafas lagi.
Seperti biasa dia selalu tampil paling gagah dan paling keren. Dan seperti biasa dia selalu di kelilingi cewek-cewek manis dan cantik. Callysta pun tidak mau kalah untuk nimbrung di dekatnya. Hingga aku harus terpaksa melihat Virgo dari dekat saat aku memberikan kado Ultah pada Callysta.
“Thanks ya Mil… gw pikir lo ga datang…”. Aku hanya tersenyum simpul tanpa melihat ke arah Virgo yang berada di sampingnya. Malam ini Callysta begitu cantik dengan gaun Ultah yang sangat indah seperti gaun pengantin. Kehadiran Virgo di sampingnya membuatnya semakin tampak bersinar. Mereka terlihat sangat serasi.
Aku berjalan seorang diri sepulang dari Pesta yang membosankan itu. Betapa tidak? Hampir semua orang yang datang bersama pasangannya masing-masing. Hanya aku yang terlihat sendirian. Mau bergabung dengan Tasya gak enak dia bersama pacarnya takut ngeganggu. Mau bergabung dengan Regina, dia sedang sibuk dengan kenalan barunya. Dengan Callysta, ada si Virgo yang menyebalkan itu.
Langkahku terhenti sejenak ketika ingatanku kembali pada Virgo. Mengapa aku begitu tidak menyukainya? Padahal dia cukup baik dan ramah padaku. Apakah karena dia pernah mengalahkan nilaiku? Tapi itu kan Cuma sekali saja Karena di lain waktu aku tetap menjadi juara di semua pelajaran. Lantas apa yang membuatku muak padanya?!
Aku tak menyadari sebuah bayangan terus mengikutiku sejak aku keluar dari rumah Callysta. Langkahnya begitu hati-hati takut ketahuan. Perasaan tidak enak menjalar di sekujur tubuhku. Hari sudah larut dan ini adalah malam Jum’at.
MALAM JUM’AT?!! Tidak!! Buluk kudukku tiba-tiba meremang. Aku memang penakut, sangat penakut! Hiruk pikuk pesta membuatku lupa akan rasa takut ini. Rasa ini tiba-tiba hadir tepat pada saat aku berada di persimpangan jalan menuju rumahku. Dimana aku harus melewati pematangan sawah dan rimbunan pohon bambu yang memisahkan rumahku dengan jalan raya.
Aku begitu panik tak tahu harus bagaimana. Pulang kembali ke tempat Callysta rasanya tidak mungkin. Karena saat ini adalah acara dansa dengan pasangan masing-masing. Mungkin itu salah satu alasan kenapa aku memilih pulang lebih cepat. Sementara bayangan itu terasa lebih dekat, terasa berada tepat di belakangku. Dadaku berdegup kencang begitu hebatnya. Nafasku turun naik tidak teratur. SRAK!! Suara dahan kering terinjak menghentikan langkahku. Ku pasang tajam telingaku untuk menangkap suara sehalus mungkin. Dan ku tajamkan tatapan ku menembus kegelapan malam.
Tiba-tiba sesuatu melesat begitu cepat dari balik semak-semak dan itu membuat aku syock. Aku menjerit tidak karuan saking kagetnya. Tanpa melihat dengan jelas aku langsung berbalik arah dan ambil seribu langkah sampai langkahku terhenti dengan paksa saat aku menubruk seseorang yang sudah berdiri tepat di belakangku. Aku semakin menjerit sekeras mungkin saking takutnya. Penjahat atau hantukah? Yang jelas bayangan hitam yang terselubung kegelapan itu membekap mulutku dengan erat. Aku tak bisa mengenalinya meski nafas kami terasa dekat.
“Sssst…ini aku… Virgo.!!” Bisiknya memintaku untuk diam. Aku langsung lemas dan langsung terjatuh lunglai. Aku sedikit lega setelah mengenali suara itu. Meski tak bisa melihat wajahnya dengan jelas tapi aku yakin dia benar-benar Virgo. Tapi untuk apa dia berada disini? Bukankah dia sedang berdansa bersama Callysta?!!.
“Kamu jangan takut begitu, yang tadi Cuma tikus…” hiburnya sembari membantu aku berdiri. Tanpa sadar aku langsung memeluknya begitu erat seakan ingin menyalurkan rasa takut ku. Aku tak bisa melihat jelas bagaimana ekspresi wajah Virgo saat itu. Aku tidak peduli yang jelas aku ingin ada seseorang yang melindungiku. Aku menangis karena saking takutnya.
Ketika nafasku sudah teratur kembali aku tersentak kaget saat aku sadari aku menangis di dada laki-laki yang selama ini ku benci karena berusaha merebut tempatku sebagai juara sekolah.
“Nga…ngapain kamu disini!!” bentakku sembari melepaskan pelukan yang membuat wajahku panas. Tak bisa ku bayangkan semerah apa pipiku saat itu. Aku benar-benar malu pada diriku sendiri dan malam ini adalah malam yang paling buruk.
“Tadi aku lihat kamu pulang sendirian. Aku Cuma khawatir jadi aku ikutin kamu. Gak apa-apa kan…?!” jawabnya ramah seperti biasa. Khawatir??!! Dahiku sampai berkerut mendengarnya. Memangnya dia siapaku? Aku merasa wajahku terasa semakin panas dan jantung yang sudah kembali normal ini berdegup lebih kencang dari yang tadi.
“Boleh aku antar…?!” tawarnya
“Gak perlu, aku bisa pulang sendiri!! “ jawabku pedas sembari beranjak dari tempatku berdiri.
“Baiklah, sampai ketemu besok…” ujarnya tanpa memaksaku dan itu membuat langkahku terhenti. Ku lihat bayangan Virgo menjauh dari tempatku berdiri. Tiba-tiba bulu kudukku merinding lagi, Virgo meninggalkan aku sendirian di tempat sepi dan gelap seperti ini. Bagaimana kalau ada sesuatu yang melesat seperti tadi dan itu bukan tikus. Tidak!! Kepergian Virgo membuatku benar-benar merasa sendirian. Aku takut!! Langkahku bergerak sendiri mengejar Virgo.
Virgo mengantarkan aku pulang sampai ke depan pintu di sambut oleh mama. “ Tidak mampir dulu…?!”
“Terima kasih tante, kapan-kapan saja saya mampir…” jawabnya.
“Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya,…” seru mama sementara aku langsung menghambur ke kamar tidur dan membenamkan wajahku di atas bantal. Malam ini aku telah mempermalukan diriku 2x. Pertama tanpa sadar aku memeluk Virgo karena saking takutnya. Padahal dia adalah cowok yang tidak kusukai, yang kedua aku meminta diantar pulang padahal 2 menit sebelumnya aku menolak tawarannya mentah - mentah. Duuh… aku jadi malas berangkat sekolah besok. Ratapku dalam hati. Aku hanya berharap Virgo tidak menceritakan kejadian malam ini pada siapapun.
Kejadian malam itu telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Diam-diam aku menaruh hati padanya. Lagipula wanita mana yang tidak tertarik pada cowok seperti Virgo? Sudah baik, ramah, ganteng, pinter pula. Tapi kenapa aku baru menyadari hal itu sekarang? Tepat pada saat Virgo menjadi milik orang lain. Yaitu Callysta.
Mereka jadian di malam Ultah Callysta. Tapi malam itu juga Virgo menumbuhkan perasaan cinta di hatiku. Dan kini saat aku benar-benar mengaguminya aku benar-benar tak bisa menggapainya.
Callysta adalah temanku sejak kecil. Hubungan kami sudah seperti saudara dan diantara kami sudah tidak ada rahasia lagi. Dia selalu menceritakan daftar nama-nama cowok yang silih berganti berlabuh di hatinya. Dan kini Callysta menambah daftar baru dengan nama Virgo. Sialnya Virgo adalah cowok pertama yang mencuri hatiku.
Sejak awal Callysta tahu aku tidak menyukai Virgo jadi dia maklum kalau ekspresi wajahku berubah kecut kalau setiap kali dia menceritakan pengalaman baru dan serunya pacaran bersama cover boy sekolah itu. Tapi sebenarnya bukan karena aku benci pada Virgo, tapi perasaan cinta membuatku merasa marah dan tidak senang terhadap kemesraan Virgo dengan cewek lain meski itu dengan pacarnya sendiri. Mungkin ini yang namanya cemburu. Tapi aku tidak pantas untuk cemburu dan aku belum siap untuk merasakan cinta yang terasa sangat asing dalam hidupku.
“Kamila, Virgo itu sekarang udah jadi cowok gue, lo harus nerima dia sebagai teman lo juga, lagi pula Virgo itu baik…” ujar Callysta suatu hari.
Baik apanya?!! Laki-laki itu brengsek semua, termasuk dia, sudah berhasil memelukku berpaling pada yang lain. Umpatku dalam hati. Tapi sebenarnya aku yang memeluknya. Duh, aku sangat gusar, bagaimana kalau dia ceritakan hal ini pada Jeny atau pada teman cowoknya yang lain? Nanti apa kata mereka? Image ku bisa rusak seperti sampah. Selama ini aku di kenal sebagai cewek pintar, pendiam dan anti cowok. Apa jadinya kalau ternyata si anti cowok itu memeluk cowok yang terang-terangan di bencinya. Memalukan sekali. Rasanya aku ingin pindah sekolah dan tidak usah melihat Virgo lagi, juga tidak perlu mendengar cerita-cerita tentang hubungannya dengan Callysta yang begitu mesra.
Satu yang membuatku penasaran, mengapa di malam ultah Callysta itu Virgo bersikeras ingin mengantarku pulang, mengkhawatirkan ku, meninggalkan pesta itu untukku padahal dia sedang berdansa dengan cewek yang baru saja menjadi kekasihnya.
0 komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah mengunjungi Blog kami.
Dan di mohon komentarnya. demi perkembangan blog ini ke depannya....